...|||ooooOO0OOoooo|||... Selamat Datang di Webblog Resmi Forum Anak Kabupaten Batang, Semoga Bermanfaat. ...|||ooooOO0OOoooo|||... Dukung Kabupaten Batang menuju Kabupaten Layak Anak.
On Rabu, Januari 19, 2011 by Forum Anak Kabupaten Batang in ,    No comments
JAKARTA: Membekali masyarakat dengan kecakapan hidup menjadi salah satu program dari Kementerian Pendidikan Nasional yang dilakukan di berbagai daerah.
Keinginan untuk hidup mandiri pada masyarakat akar rumput ini tak lepas dari pembinaan di bawah Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kemendiknas bekerja sama dengan anggota masyarakat yang peduli dengan masalah pendidikan.

Di Jakarta misalnya, banyak didirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk memberikan pembinaan kecakapan hidup dan kursus. Prinsip dasar dari penyelenggaraan pendidikan nonformal ini adalah partisipasi aktif masyarakat. Hal itulah yang dilakukan Ria Asrul, pimpinan Yayasan Miftahul Jannah.

Memberikan pendidikan kesetaraan dan kecakapan hidup pada sedikitnya 500 anak jalanan dapat dilakukannya dengan baik meski hanya memanfaatkan ruang mesjid, garasi maupun halaman rumah di kawasan Pisangan Lama III, Pisangan Timur, Jatinegara, Jakarta Timur.

Di garasi rumahnya, siang itu sejumlah siswa berseragam putih-putih yang didominasi kaum hawa asyik membuat kaligrafi dan kerajinan sulaman di atas tas, dompet, souvenir pernikahan dengan ciri khas bermotif sulam tusuk dan sulam pita.

Memanfaatkan ruang di seberang dapur ada kesibuk lain yang dilakukan oleh gadis-gadis belia yaitu melakukan praktek kegiatan kecantikan. Dipandu seorang instruktur mereka tengah praktek melakukan make up dan tata rambut.

Sementara itu, di ruang atas terdengar alunan suara anak-anak tengah belajar mengaji dan menghafalkan ayat-ayat pendek Al Qur’an. Boleh di bilang hampir seluruh sudut PKBM merangkap rumah tinggal itu dipenuhi oleh warga belajar bahkan di dapur sejumlah wanita sibuk memasak karenapemilik rumah setiaphari juga menyediakan makan siang bagi kaum lansia dan anak-anak yang di rumahnya belum tentu tersedia nasi dengan lauk ala kadarnya.

Setiap hari kalau ada anak-anak yang lapar mereka boleh makan. Mereka kebanyakan tinggal di pinggiran rel kereta api Jatinegara, di rumah kardus. "Ketika salah satu orangtua anak pemulung wafat, teman-temannya langsung lapor sehingga jenazahnya juga bisa kami urus bersama-sama seluruh warga,” kata Ria Asrul.

Sampai tahun 2009, angka putus sekolah di Indonesia masih sekitar 13,68 juta orang sehingga usai memberikan kecakapan hidup, pihaknya juga menyalurkan anak-anak didik untuk bisa bekerja mandiri atau melanjutkan pendidikannya.

“Alhamdulilah setiap tahun kami mendapat 15 siswa yang diterima di Universitas Pertiwi Indonesia di berbagai macam fakultas."

Mereka juga diterima di STABA dan STIE. Di Yayasan pendidikan Santa Lusia setiap tahun 20 siswa juga boleh mendapatkan pendidikan komputer dan seketaris.

Mitra kerja lainnya adalah Departemen Sosial yang menampung siswa lulusan paket C kesetaraan (setingkat SMA) mengikuti program BLK (Balai latihan Kerja) yang diadakan oleh Depsos selama 6 bulan sebanyak 10 orang, , dan program komputer akuntansi 34 orang.

Lembaga pengembangan pendidikan Mustika Ratu juga memberikan pelajaran beauty class selama dua minggu untuk 50 orang siswa sehingga nantinya mereka bisa bekerja di salon dan menambah pengetahuan dan kecakapan hidup lainnyadi bidang itu.

Ria bersyukur para mitra kerja lainnya seperti Alfon’s Spa dan Anos Spa juga memberikan pelatihan magang masing-masing 10 orang bahkan Alfons Spa mengirim siswa juga ke Makassar maupun ke Sumedang sehingga anak mampu menambah wawasan dan pengalaman di berbagai daerah.

Dua usaha katering yaitu Yuki dan Jelita Catering juga selama ini membantunya memberdayakan siswa untuk memahami tata boga dengan memberikan peluang magang masing-masing bagi 10 siswa. Mitranya lainnya seperti Ella boutique menerima 10 siswa magang untuk diajarkan menjahit dan memasang payet, sedangkan Marlin Salon juga memberikan pelatihan untuk tata rias rambut senyak 10 orang siswa.

Pentingnya memperluas kemitraan dengan berbagai lembaga dan institusi swasta maupun pemerintah juga dilakukan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Dinda di Jl. Ali Gatmir, Palembang.

Pimpinannya, Fauziah Danila, meski tergolong telah lansia selalu sigap dan proaktif meminta bimbingan Kemendiknas dan mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan di pemerintahan pusat.

PKBM yang dipimpinnya juga sukses mendidik masyarakat usia 7-45 tahun mulai dari menggelar kegiatanPendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Keaksaraan Funfsional (KF ), Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), paket C (setara SMU) serta kursus keterampilan kreatif.

Di rumahnya yang merangkap tempat belajar masyarakat dia mengajak anak putus sekolah dan kaum dhuafa di sekeliling untuk membuat songket, menjahit,membuat bordir maupun membuat kue-kue tradisional khas Palembang yang sudah sulit ditemui dipasaran.

“Untuk menghidupkan kegiatan ini kami membuat tabung Songket memenuhi sedikitnya kebutuhan 30 toko songket di Palembang hingga ke Medan. Untuk pembuatan kue sengaja membuat kue langka yang sudah tidak dibuat orang banyak sehingga pesanan banyakdatang bagi mereka yang akan melakukan upacara-upacara adat maupun dari kenduri-kenduri pihak pemerintah maupun swasta,” jelas Fauziah.

Karena sukses mendidik warga, panitia Sea Games 2011 Palembang mendatang memberikan order ribuan syal dan juga sovenir khas Palembang pada PKBM Dinda. Sebelumnya Universitas Sriwijaya juga mempercayakannya untuk membuat selempang dari tenun songket untuk kebutuhan wisuda. Dari perguruan tinggi itu dia juga mendapatkan bimbingan manajemen terutama pengelolaan keuangan.

Semua pedidikan nonformal yang diselanggarakannya tanpa dipungut bayaran. Selain mengupayakan sendiri dari hasil penjualan produk kerajinan, dia juga pernah menerima blockgrant dari Diknas Kota Palembang beberapa tahun lalu sebesar Rp40juta.

“Selebihnya kami mengelola dengan pertolongan Allah SWT dan alhamdulilah bermitra dengan berbagai pihak dan menjalankan dengan amanah sehingga PKBM Dinda dapat memberikan manfaat bagimasyarakat banyak,”tandasnya.
Sanggar kegiatan belajar
Di Pematang Siantar, Sumatra Utara, upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pendidikan kecakapan hidup juga diupayakan lewat kerjasama yang baik antara SKB dengan penggiat kursus di masyarakat.

Salah satu kemitraan yang menonjol adalah antara Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Pematang Siantar dengan Mindo Beauti Napitupulu ,pemilik Kursus Kecantikan Ayu. Wanita yang banyak mendidik ahli di bidang kecantikan rambut, kulit, rias pengantin dan merangkai bunga ini merintis usaha sejak 1996.

“Kami dapat masukan mengenai program beasiswa yang berhak kami terima. Jadi Alhamdulillah, banyak warga belajar saya yang kurang mampu mendapatkan beasiswa dari Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal regional Sumut sehingga mereka belajar di lembaga kursus Ayu tanpa dipungut biaya,” kata Mindo.

Rina, salah satu warga belajar di LPK Ayu Pematang Siantar mengatakan, dirinya sengaja mengikuti kursus kecantikan karena melihat ada peluang usaha yang cukup menarik di dalamnya. Dia melihat masih banyak terbuka kesempatan untuk menjadi penata rias panggilan dengan honor yang lumayan.

“Kebetulan suami saya hanya pegawai swasta rendahan. Kalau saya tidak bisa membantunya mencari uang, bagaimana kelak nasib pendidikan anak-anak kami?” kata Rina, ibu dua anak yang masih kecil-kecil ini.

Lain lagi Ester yang baru saja lulus SMA sebenarnya ingin meneruskan kuliah. Tapi karena keterbatasan biaya, maka dia pun merubah haluan untuk menjadi seorang penata rias dan kecantikan rambut.

“Saya disarankan untuk buka usaha salon saja. Orang tua bilang dari pada buat kuliah nanti susah juga mencari kerja, lebih baik kalau orang seperti saya ini kursus dan diberi modal usaha. Saya pikir, itu lebih masuk akal,” kata Ester.
Meningkatkan keterampilan

Melihat minat kebanyakan kaum perempuan di wilayahnya untuk lebih meningkatkan keterampilan guna meningkatkan kesejahteraan keluarga, Mindo merasa penting untuk terus menambah ilmu secara terus menerus untuk kemudian ditularkan kepada anak didiknya.

Dia tidak segan menimba ilmu di bidang kecantikan tubuh yang saat ini banyak mendapat perhatian masyarakat, bahkan Mindo tidak segan-segan datang ke Kota Surabaya, Jawa Timur, khusus untuk belajar spa.

“Saya rasa kita harus terus berkembang. Pematang Siantar memang kota kecil, tapi masyarakatnya jangan sampai terlalu ketinggalan. Saya hanya bisa menyumbangkan ilmu yang saya dapat kepada anak didik saya. Itu bentuk sumbangsih saya pada tanah kelahiran saya,” kata Mindo. (hilda.sabri@bisnis.co.id)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan isi komentar anda dengan benar